Kisah Teladan: Pantang Takut Hadapi Maut

0
86

Kebanyakan kita, apalagi remaja paling ogah ngomongin soal kematian. Bawaannya parno gitu. Soalnya, kematian kalo gak nyangkut dengan mistis, obrolannya nyerempet kain kafan. Bukan cuman takut setan dan kawan-kawannya, tapi juga belon rela ninggalin dunia dengan segala keindahannya. Tapi itu semua nggak berlaku bagi Khubaib bin Adi. Salah satu sahabat Rasul saw ini pantang takut hadapi maut. Ketika perang badar, prajurit berani mati ini berhasil menewaskan seorang pemimpin Quraisy yang bernama al-Harits bin’Amir bin Naufal. Setelah perang badar selesai dan sisa-sisa pasukan Quraisy yang kalah kembali ke Mekah, Bani Harits yang memendam dendam kesumat menghafalkan dengan baik siapa yang telah menewaskan bapak mereka. Khubaib bin ‘Adi!

Tak lama setelah perang badar, Rasulullah saw mengutus sepuluh orang sebagai mata-mata untuk menyelidiki strategi orang-orang Quraisy terkait pergerakan serta langkah persiapan mereka untuk suatu peperangan yang baru. Ashim bin Tsabit Al-Anshori, didaulat  sebagai pemimpin dan Khubaib bin ‘Adi menjadi salah satu anggota tim. Di suatu tempat antara ‘Usfan dan Mekkah, kelompok kecil ini diintai oleh sekitar 200 pemanah dari bani Lihyan.  Mengetahui hal tersebut, Ashim segera memerintahkan teman-temannya agar berlindung ke sebuah bukit kecil di sekitar daerah tersebut.

Pasukan bani Haiyan hampir saja kehilangan jejak, tapi mereka melihat biji kurma berjatuhan di atas pasir. Biji-biji itu dipungut oleh sebagian di antara orang-orang ini, lalu berseru kepada teman-teman mereka: “Biji-biji itu berasal dari Yatsrib – nama lain dari Madinah — dari sinilah bani Lihyan mengetahui jejak mereka. Dan tak lama kemudian mereka tertangkap. pemimpin kelompok itu yaitu Ashim bin Tsabit Al-Anshori dan 6 sahabat lainya telah sahid terlebih dahulu karena menolak keinginan bani Lihyan agar menyerahkan yang di bawa jika mereka ingin selamat tapi dengan tegas Ashim bin Tsabit Al-Anshori menjawab “ Kami tidak akan menerima perlindungan orang kafir. Ya Allah, sampaikan berita kami kepada Nabi-Mu”.

Tinggallah Khubaib bin Adi, Zaid bin Datsinah dan seorang sahabat. Orang-orang musyrik itu kemudian menangkap dan mengikat ketiganya. Namun sahabat yang tidak diketahui namanya itu kemudian memberontak sambil berteriak “Inilah permulaan dari pengkhianatan, demi Allah aku tidak akan mengikuti kalian pada perkara ini, sesungguhnya pada orang-orang (yang telah meninggal) ini adalah tauladanku” lalu para musuh itupun menggeret seorang shahabat ini dan memaksanya untuk mengikuti dua shahabat yang lain namun dia tetap enggan, akhirnya merekapun membunuhnya. Lalu para musuh itupun membawa Khubaib dan Ibnu Datsinah dan menjual mereka di Mekkah.

Sementara itu, bani al-Harits yang selama ini menyimpan dendam kesumat. Dengan penuh antusias membeli Khubaib. Maka jadilah Khubaib bulan-bulanan seluruh anggota keluarga al-Harits. Setiap hari sahabat Anshar  yang dikenal bersifat bersih, pemaaf, teguh keimanan dan taat beribadah ini harus menerima siksaan. Orang-orang musrikin itu mencoba menciutkan keimanan Khubaib dengan menceritakan tentang tewasnya serta penderitaan yang dialami shahabat dan saudaranya Zaid bin Datsinnah r.a.dan  membujuknya dengan janji pembebasan jika dirinya mau mengingkari Muhammad dan Allah swt. Karena keimanan telah memenuhi hati dan menjadi darah yang mengalir dalam tubuhnya, tawaran itu ditolak mentah-mentah.

Di suatu tempat yang bernama Tan’im, sahabat nabi ini menjemput sahid demi  mempertahankan keimanannya. Sebelum dieksekusi, Khubaib meminta agar ia di ijinkan sholat dua rakaat. Dan mereka mengijinkanya. Orang musrikin menyangka, Khubaib shalat karena takut mati dan hendak memikirkan tawaran mereka agar selamat. Namun Khubaib menbantahnya dengan tegas, “Demi Allah, kalau bukanlah nanti ada sangkaan kalian bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi shalatku…!”

Driser, tempat kembali kita cuman dua, surga atau neraka. Kondisi saat maut menjemput juga dua, su’ul khatimah atau khusnul khatimah. Khubaib menunjukkan pada kita, bagaimana menjemput maut dalam keadaan tetap beriman kepada Allah swt. So, gak perlu takut hadapi maut. Karena kita semua pasti mati. Yang penting, ayo kita siapkan diri kita agar khusnul khatimah dengan selalu pake aturan Allah swt dalam keseharian kita. Stay tune with islam! [Ridwan]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here